Sore hari.
Berduyun-duyun Lik Power, Juragan Brono, Mas Roy menuju ke rumah Cengkir untuk memulai ritual Obrolan Sore . Jalan ketiga priyayi tampak gagah sumringah, mantap masuk teras rumah joglo yang sudah berumur beberapa generasi milik keluarga Cengkir.
“Assalamua’alaikum…” salam Mas Roy putra mahkota kepala desa Carangpedopo yang kuliah di Ilmu Sosial tapi jago komputer, yang berati juga cucu mahkota Lik Power. Tanpa menunggu balasan, bapak-bapak ini langsung duduk di kursi anyaman plastik di depan meja jati yang telah menghitam karena menjadi saksi betapa tidak pentingnya obrolan sore yang terjadi didepannya selama beberapa generasi…nggedabush semua.
“Wa’alaikumsalaam…” balas Cengkir sambil keluar rumah. Cengkir langsung takjub melihat penampilan para tamunya ini. Semua memakai batik! Benar-benar terlihat gagah-mriyayeni. Cengkir berkata. “Wah, wah batikan semua. Habis kondangan dari mana, to?
“Lho,lho…koe iki piye, to Kir. Sekarang itu hari batik. Malahan sudah disahkan sama PBB lewat UNESCO, lho. Kalo batik itu asli punya Indonesia. Jadi hari ini semua pada rame-rame pake batik.” jawab Lik Power.
“Ndak cuman batik yang diakui UNESCO, koteka juga iya, lho.” imbuh mas Roy.
“Oo..” Cengkir manggut-manggut. Lalu menyadari sesuatu dan berkata. “Eh mas Roy, kalo begitu. Karena sama-sama diakui UNESCO, brati minggu ini hari batik minggu depan bisa hari koteka, ya. Semua jadi wajib pake koteka…hehe”
“Gundulmu!” hardik Lik Power. Tapi mas Roy sang cucu mahkota sudah terlanjur dalam lamunan. Membayangkan Ani, kembang desa Carangpedopo, di hari koteka.
“Ehm,ehm…tapi tadi pelantikannya pas dan bikin puas, ya.” kata Juragan Brono dengan nada dibikin sewibawa yang dia bisa. Juragan Brono yang bingung mau diapakan lagi hartanya, ikut dalam gelombang pencalonan anggota legislatif. Itung-itung bbuat tabungan sekolah anaknya yang ketiga belas dan seterusnya, dari isteri yang ketiga dan seterusnya. Juragan Brono baru saja menikmati status barunya sebagai anggota Lembaga Musyawarah Desa yang terhormat. Beberapa jam yang lalu, Juragan Brono habis menghadiri upacara pelantikan yang menghabiskan 46 juta dari kas Desa. Kini, Juragan Brono sedang sibuk melatih sikapnya biar tampak wibawa dan jumawa di depan siapa saja.
“Lha, seharian ini kamu kok ndak keliatan, to Kir? Biasane paling seneng kalo ada acara rame-rame kayak pelantikan tadi siang.” tanya Lik Power.
“Pak Lik ini gimana. Saya tadi berdiri di depan kantor lembaga musyawarah desa sambil bawa kotak sumbangan buat korban gempa di Padang. Aku mikir sapa tau masih ada sisa sangu dari pelantikan anggota dewan tadi. Tapi ternyata ndak ada sisa. Buktinya, semua langsung nggeblas pergi dengan andong dinas yang baru. Ya udah, aku muter ke mas dan mbakyu bakulan di pasar desa, malah banyak yang nyumbang.” terang Cengkir tanpa beban.
Sekali lagi, celoteh polos Cengkir membuat para tamunya terdiam. Obrolan Sore pun berakhir.
Seluruh warga desa Carangpedopo mengucapkan : innalillahi wa innaillahi ro’jiun. Semoga semua mendapat yang terbaik dari Maha Kuasa atas segala sesuatu. Warga desa Carangpedopo mohon maaf hanya bisa mengirimkan bantuan barang seadanya, dan tidak bisa mengirimkan tenaga bantuan karena tiket pesawat ke Minang mendadak naik 2 – 3 kali lipat…onde mandee
Oktober 3, 2009 at 12:14 am
Mo nduluin… 🙂
Saya terkesan dengan paragraf terakhir, sebelum huruf miring. Semoga kita bisa membantu secara materil… Insya Allah…
Oktober 3, 2009 at 2:43 pm
amiin…
Oktober 3, 2009 at 1:45 am
iyo je, omahe adeku nang kono retak-retak, alhamdulillah selamat kabeh…
Oktober 3, 2009 at 3:07 pm
alhamdulillah…senang mendengarnya
Oktober 3, 2009 at 1:55 am
hwehehehe, tetap lucu dan tetap membawa pesan. Tapi tumben obrolan sore kali ini tidak lama ya. Apa karena masih berduka gegara bencana Padang, ato masih dalam euforia pelantikan, ato penulisnya yg keabisan ide (lapar ato ngantuk? secara postingnya jam segini) *ampooon pakde 😀
Oktober 3, 2009 at 3:33 pm
nyaris bener…
jawabannya : karna kejar dedlain sebelum lewat tanggal 3 (hari batik) 😀
Oktober 3, 2009 at 3:13 am
batik oh batik
saya saja punya batik hanya 1 saja hehehe
Oktober 3, 2009 at 8:44 am
Koteka itu baru asli budaya Indonesia lho.. Kalo batik kan sudah ada pengaruh dari budaya luar. he he.. cerita yg menghibur.. Salam kenal ya
Oktober 4, 2009 at 4:39 pm
tapi kalo pake koteka, jadi bisa terlihat dari luar 😀
salam kenal, juga
Oktober 3, 2009 at 10:30 am
disini badik, disitu batik, disana batik
Oktober 3, 2009 at 12:11 pm
selamat hari batik
Oktober 3, 2009 at 1:26 pm
mel juga doainbuat smuanya smoga tabah yg ditinggalkan yg meninggal bs diterima disisiNya
Oktober 3, 2009 at 6:24 pm
sekarang tiket dah max 1jt ….
silahkan ke blog saya richocean ttg “2009 3009 ANGKA Gempa PADANG PARIAMAN. 2009 1010 ANGKA Gempa Tsunami ACEH?” dan “2009 0110 Pagi ini Gempa Bengkulu dan Jambi Menyusul Gempa Padang” dan “Selama 17 jam, 3x Gempa PADANG Sumatra Barat”
atau blog saya lainnya
http://richmountain.wordpress.com
salam …
Oktober 3, 2009 at 9:45 pm
hohoho… cerita ini merangkum semua kejadian yang ada toh? hihi.. good good.
innalillahi wa innaillahi rojiun
Oktober 4, 2009 at 12:18 am
aduh pradna… aku tadinya mau komentar rada serius tentang batik… tapi begitu nyampe paragraf koteka, ngakak gak abis- abis… 😀
anyway, aku senang sekali batik diakui sebagai asli warisan budaya Indonesia di UNESCO, dan turut prihatin tentang gempa Padang… — aku juga heran kenapaaaa ya di musim bencana koq harga pesawat masih juga ngikutin teori pasar tentang supply dan demand begitu, mbok ya diatur gitu jangan sampe begitu…
salam, d.~
Oktober 4, 2009 at 1:49 am
warga desa carangpedopo benar2 layak dicontoh. tak hanya peduli pada warisan budaya, tetapi juga peduli terhadap nasub sesamanya yang tengah mendapatkan ujian berupa musibah bencana. terima kasih kami ucapkan kepada seluruh warga carangpedopo.
Oktober 4, 2009 at 3:36 pm
hehehe..bisa aja mas-mas
Oktober 4, 2009 at 9:04 pm
Lik Min kok ora didadekke lakon…
Oktober 4, 2009 at 11:56 pm
ya ntar dicari-cari yang sekiranya pas, Pak Dhe 😀
Oktober 4, 2009 at 10:34 pm
nyong tanggal 2 kelalen ora nganggo batik (doh)
Oktober 4, 2009 at 11:44 pm
Lha kamu seharian kok nggak kelihatan to ceng?
Jan obrolan sore iki renyahmen..
Oktober 5, 2009 at 11:02 am
Ayo ayo ikut meringankan saudara saudara kita di sana bro 🙂
Oktober 5, 2009 at 7:04 pm
oalah kang, itu para anggota lembaga musyawarah desa harusnya yang ketiban longsor. megelke tenan
Oktober 6, 2009 at 1:54 pm
wow.. nice satire!

dan kenyataan bahwa beberapa topik digabungkan dengan apik membuat tulisan ini jadi enak dibaca…
Oktober 6, 2009 at 4:00 pm
Amiin Ya Rabbal ‘alamin
Oktober 6, 2009 at 7:31 pm
kan…hahaha..males macane kyeh…
dawa nemen….
Oktober 7, 2009 at 1:02 am
hlaaaa… terus…, terus…, terus…
gedubraaakkk…
ra kalap.., nduwe andong dinas kok ra iso nyetir… (doh)
Oktober 7, 2009 at 1:07 am
anggota DPR eeehhhh LMD nya pada pekok kabeh… nggilani poooolllll
Oktober 7, 2009 at 6:13 pm
untung aku gak pake batik pas hari itu. jadi gak perlu pake koteka kan 🙂
Oktober 9, 2009 at 3:11 pm
kalo saya malah cuma bisa kirim doa…..